Rabu, 22 Oktober 2014

Materi Ilmu Ekonomi kelas X SMA



  1.     Pengertian Ekonomi
Kata ekonomi pada awalnya berasal dari bahasa Yunani, “oikos” berarti rumah tangga dan “nomos” aturan. Pengertian ekonomi tidak jauh dari bagaimana upaya seseorang dalam menjalani kegiatan yang bertujuan terhadap kemakmuran. Berikut ini beberapa pendapat para ahli tentang definisi-definisi ekonomi :
  • Menurut Abraham Maslow, “Ekonomi adalah salah satu bidang pengkajian yang mencoba menyelesaikan masalah keperluan asas kehidupan manusia melalui penggemblengan segala sumber ekonomi yang ada dengan berasaskan prinsip serta teori tertentu dalam suatu sistem ekonomi yang dianggap efektif dan efisien”
  • Menurut Paul A Samuelson, “Ekonomi merupakan cara-cara yang dilakukan oleh manusia dan kelompoknya untuk memanfaatkan sumber-sumber yang terbatas untuk memperoleh berbagai komoditi dan mendistribusikan nya untuk dikonsumsi oleh masyarakat.”
Secara otomatis ketika membicarakan ekonomi, kemudian akan membuat kita mempelajari tentang ilmu ekonomi, berikut ini beberapa definisi tentang  pengertian ilmu ekonomi :
  • Menurt Paul A Samuelson, “Ilmu ekonomi merupakan ilmu pilihan, ilmu ini mempelajari bagaimana orang memilih menggunakan sumber produksi yang langka atau terbatas untuk memproduksi berbagai komoditi dan menyalurkan nya ke berbagai anggota mayarakat untuk segera di konum.”
  • Menurut Adam smith, “Ilmu ekonomi adalah ilmu yang mempelajari tingkah laku manusia dalam usahanya untuk mengalokasikan sumber-sumber daya yang terbatas guna mencapai tujuan tertentu.”
Jadi, dapat kita tarik kesimpulan yaitu, ilmu ekonomi adalah suatu bidang dalam ilmu pengetahuan yang sangat luas cakupannya. Ilmu ekonomi adalah hal-hal yang digunakan untuk memecahkan berbagai masalah kehidupan terutama pada masalah yang berkaitan dengan ekonomi. Ilmu ekonomi juga berkaitan erat dengan manajemen di perusahaan dan kehidupan sehari hari. Fungsi manajemen yang cukup besar membuat ekonomi merupakan salah satu jurusan kuliah favorit dan tidak pernah sepi mahasiswanya.

2.   Pembagian Ilmu Ekonomi

Ilmu ekonomi dapat di bagi menjadi 3 jenis, yaitu ekonomi deskriptif, ekonomi teori, dan ekonomi terapan. Berikut adalah penjelasan pembagian ilmu ekonomi yang dibagi menjadi 3 jenis tersebut:
a)      Ilmu Ekonomi Deskriptif
Menurut pembagian ilmu ekonomi, ilmu ekonomi deskriptif adalah sebuah ilmu ekonomi yang mengumpulkan semua data-data penting yang berhubungan dengan suatu persoalan ekonomi atau topik tertentu.
b)      Ilmu Ekonomi Teori
Untuk ilmu ekonomi teori dibagi menjadi dua yaitu ilmu ekonomi makro dan ilmu ekonomi mikro. Ilmu ekonomi makro adalah sebuah ilmu ekonomi yang menjadikan kehidupan ekonomi nasional secara keseluruhan sebagai suatu hal yang harus dipelajari dan menganalisis kegiatan ekonomi secara global. Sedangkan ilmu ekonomi makro adalah salah satu bagian dari pembagian ilmu ekonomi yang khusus mempelajari dan menganalisis bagian-bagian kecil dari keseluruhan kegiatan perekonomian. Seperti  misalnya, masalah pasar, perusahaan,  harga komoditas, dll.
c)      Ilmu Ekonomi Terapan
Sedangkan ilmu ekonomi terapan yaitu sebuah ilmu ekonomi yang menggunakan kerangka pengertian yang berasal dari analisis ekonomi teori agar dapat membuat kebijakan-kebijakan serta pedoman yang tepat untuk mengatasi masalah ekonomi.
  3.   Prinsip Ekonomi dan Penerapannya
Prinsip ekonomi dapat dijabarkan sebagai berikut.

a)      Dengan pengorbanan tertentu, manusia akan berusaha untuk memperoleh hasil sebesar-besarnya.
b)      Untuk memperoleh hasil tertentu, manusia akan berusaha untuk melakukan pengorbanan sekecil-kecilnya.
Penerapan prinsip ekonomi
         a)      Prinsip ekonomi produksi
   Adalah menghasilkan barang yang mendatangkan keuntungan besar, melalui:    Memproduksi barang yang dibutuhkan masyarakat    Memproduksi barang dengan biaya semaksimal mungkin    Memproduksi barang yang berkualitas 
        b)      Prinsip ekonomi penjual
Adalah berusaha memperoleh keuntungan maksimal, melalui:    Menjual barang yang dibutuhkan dan sesuai selera masyarakat    Memberi pelayangan yang baik    Menjual barang yang terjangkau konsumen    Membeli barang semurah mungkin
        c)      Prinsip ekonomi konsumen
Adalah berusaha memenuhi kebutuhannya dengan tingkat kemampuan yang maksimal,
melalui:    Memilih barang yang benar-benar diperlukan    Dapat memilih barang dan jasa yang baik dan terjamin    Membeli barng sesuai dengan kemampuan

BERBAGI MAKALAH KU : Tugas SEjarah Indonesia "DAri Berburu Meramu Sampai Bercocok Tanam"



Berikut akan saya bagikan salah satu dari beberapa makalah yang saya simpan . Anda bisa copy paste untuk di print . Selamat membaca :)

Jangan lupa comment di bawah !

 

TUGAS SEJARAH INDONESIA

DARI BERBURU MERAMU SAMPAI BERCOCOK TANAM

 

Description: C:\Users\user\Downloads\SMA-Negeri-1-Wonosari.jpg

 

 

PENYUSUN

Nama : Gupita Devi Kusumawati

Kelas : X IIS 1

Absen : 09

NIS : 11227

 

 

 

RUMUSAN MASALAH

                        Rumusan masalah pada masa berburu meramu dan bercocok tanam yaitu :

1.      Bagaimana keadaan masyarakat pada zaman berburu meramu serta bercocok tanam ?

2.      Dimana dan bagaimana tempat tinggal nenek moyang pada zaman tersebut ?

3.      Apa saja mata pencaharian nenek moyang pada zaman tersebut ?

4.      Bagaimana cara nenek moyang mendapatkan makanan untuk bertahan hidup pada zaman tersebut ?

5.      Apa saja jenis peralatan yang digunakan nenek moyang pada masa itu ?

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

TUJUAN PEMBELAJARAN

Tujuan dari pembelajaran materi ini yaitu :

1.      Mempelajari dan mengetahui keadaan pada zaman berburu meramu serta bercocok tanam.

2.      Mempelajari tempat tinggalnya nenek moyang pada zaman itu.

3.      Mempelajari berbagai macam mata pencaharian nenek moyang pada zaman itu.

4.      Juga mempelajari dan mengetahui cara nenek moyang mendapatkan makanan untuk bertahan hidup pada zaman tersebut.

5.      Selain itu juga untuk mengetahui serta mempelajari berbagai macam peralatan untuk berburu dan bercocok tanam.

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Berburu dan Meramu

Description: berburu dan meramuPembabagan zaman tentang manusia purba dilakukan guna mempermudah kita mempelajarainya. Konsep periodisasi dalam sejarah diperlukan agar peristiwa tersebut dapat kita pelajari secara urut dan tidak melompat-lompat (diakronis). Periodisasi digunakan utnuk memudahkan pemahaman suatu cerita sejarah agar terjadi keksinambungan. Periodisasi dalam penulisan sejarah akan mempermudah kita untuk mengetahui ciri khas atau karakteristik kehidupan manusia pada masing-masing periode, sehingga kehidupan manusia menjadi lebih mudah untuk dipahami.
Terdapat berbagai macam jenis pembagian zaman manusia purba diantara pembagian berdasarkan geologis, arkeologis dan corak kehidupan. Pembagian perkembangan manusia purba secara geologis (berasal dari kata geo=bumi, dan logos=ilmu) yakni pembagian berdasarkan terbentuknya bumi dari awal sampai saat ini melalui lapisan-lapisan bumi. Periode parsejarah lainnya berdasarkan arkeologi yakni didasarkan pada alat-alat yang dipergunakan manusia mulai dari tingkat yang paling sederhana hingga tingkat paling maju.
Pembagian zaman berdasarkan arkeologis dapat dibagi menjadi dua zaman yakni zaman batu dan zaman logam atau dikenal sebagai zaman perundagian. Zaman batu sendiri terbagi menjadi 4 zaman yakni Paleolitikum, Mesolitikum, Neolitikum dan Megalitikum. Pembeda dari berbagai zaman tersebut adalah alat batu yang ditinggalkan. Sedangkan pembagian zaman yang lain adalah berdasarkan corak kehidupan manusia purba saat itu dari yang paling sederhana yakni berburu dan meramu, masa bercocok tanam, dan masa perundagian. Pada bab ini yang akan dibahas adalah masa berburu dan meramu.
Description: kjokkenmoddingerPada masa awal kehidupan manusia purba hidup secara sederhana yakni dengan cara memanfaatkan segala sesuatu yang ada pada alam. Kehidupan manusia purba hanya sekedar berburu dan mengumpulkan makanan atau istilahnya food gathering. Manusia purba hidup dengan cara berpindah-pindah (nomaden). Setelah makanan di suatu tempat telah habis, manusia purba akan berpindah ke tempat lain yang masih terdapat makanan. Begitu seterusnya sehingga kehidupan mereka berpindah-pindah dan sangat tergantung dari alam. Perpindahan manusia purba ini dipengaruhi dua hal yakni sumber makanan dan musim.
Manusia purba pada masa ini hidup dan tinggal di sekitar sungai yang terdapat banyak makanan dikarenakan daerahnya subur. Sisa-sisa peninggalan yang membuktikan bahwa manusia purba tinggal di tepi sungai atau danau dan di goa-goa adalah dengan ditemukannya Kyokkenmodinger dan Abris sous roche. Kyokkenmodinger berasal dari bahasa Denmark (kyokken= daput, modding=sampah) berarti sampah dapur, yakni tumpukan dari kulit kerang yang membatu. Kyokkenmodinger banyak ditemukan di sepanjang pantai Sumatera Timur.
Description: abris sous rocheSedangkan abris sous roche adalah gua karang tempat manusia tinggal. Gua-gua tersebut sebenarnya berbentuk ceruk-ceruk di dalam batu karang yang cukup untuk memberi perlindungan terhadap panas dan hujan. Penelitian tentang abris sous rouche dilakukan oleh Dr. P.V Stein Callencels di Gua Lawa dekat Sampung-Ponorogo, Jawa Timur. Di gua tersebut ditemukan banyak peninggalan pra sejarah, khususnya alat-alat dari tulang (bone culture).
Pada masa ini sudah terdapat pembagian kerja antara laki-laki dengan perempuan. Laki-laki pergi untuk berburu dan perempuan melakukan pekerjaan yang lebih ringan. Manusia purba masa ini juga sudah mengenal api. Api didapatkan dengan cara membenturkan dua buah batu hingga memunculkan percikan api. Alat-alat yang digunakan dalam memenuhi kebutuhan masih sederhana berupa batu atau alat-alat yang terbuat dari tulang binatang. Cara membuatnya juga sangat sederhana dan belum diasah. Hasil peninggalan dari masa berburu dan mengumpulkan makanan, antara lain:
Kapak Genggam/ Kapak Perimbas
Description: kapak genggamKapak genggam merupakan kapak yang terbuat dari batu yang belum diasah sama sekali cara penggunanannya dengan cara digenggam. Kapak ini digunakan untuk menggemburkan tanah atau mencari umbi-umbian. Kapak genggam termasuk ke dalam kebudayaan Pacitan dengan manusia pendukungnya yakni Pithecanthropus Erectus yang fosilnya ditemukan Eugene Dubois di Ngawi selain itu juga terdapat manusia purba lain yakni Meganthropus Paeojavanicus yang ditemukan di Sangiran, Sragen. Dari penemuan beberapa manusia purba yang ada menunjukan lembah sungai Bengawan Solo merupakan tanah yang subur dan cocok sebagai tempat tingga. Kapak genggam banyak ditemukan di Pacitan (Jawa Timur), Sukabumi dan Ciamis (Jawa Barat), Parigi dan Gombong (Jawa Tengah), Bengkulu, Lahat (Sumatera Selatan), Flores dan Timor.
Kapak Penetak
Kapak Penetak dibuat dari fosil kayu. Kapak penetak memiliki bentuk dengan kapak genggam akan tetapi ukurannya lebih besar. Kapak penetak berfungsi untuk membelah kayu, bambu atau disesuaikan dengan kebutuhan manusia. Kapak jenis ini hampir ditemukan diseluruh wilayah Indonesia.
Alat Serpih
Alat serpih atau flakes merupakan batu pecahan sisa pembuatan kapak genggam yang dibentuk menjadi tajam. Alat serpih digunakan untuk menguliti binatang buruan, mengiris daging dan memotong umbi-umbian. Kegunaan alat serpih seperti fungsi pisau pada masa sekarang ini. Tempat ditemukannya alat serpih antara lain, di Punung (Pacitan Jawa Timur), Sangiran, Ngandong (lembah sungai Bengawan Solo), Lahat, Cabbenge dan Mengerunda (Flores NTT).
Alat-alat dari Tulang
Bone culture atau alat-alat dari tulang merupakan salah satu peninggalan kebudayaan Ngandong. Manusia pendukung kebudayaan Ngandong adalah Homo Soloensis dan Homo Wajakkensis. Kebudayaan Ngandong sendiri ditemukan oleh Von Koeningswald pada tahun 1941. Alat-alat dari tulang digunakan untuk penusuk hewan buruan, penggali umbi dan penombak ikan. Alat-alat dari tulang banyak ditemukan di Gunung Kendeng, Bojonegoro.

















Masa Bercocok Tanam
Masa Bercocok Tanam Indonesia Terbukti sejak zaman dahulu kala terkenal akan kebudayaannya yang luhur, mulai dari masa Berburu dan mengumpulkan makanan, masa bercocok tanam, zaman Logam atau Perunggu sampai masa sebelum masuknya pengaruh luar (India, Islam, dan Bangsa Barat). Pada kesempatan kali ini Pustaka Sekolah akan berbagi artikel sesuai dengan judul diatas yakni: Masa bercocok tanam di Indonesia.
Masa bercocok tanam atau Food Producing lahir melalui proses yang panjang dan tak mungkin dipisahkan dari usaha manusia prasejarah dalam memenuhi kebutuhan hidupnya pada masa-masa sebelumnya. Masa neolithik amat penting dalam sejarah perkembangan masyarakat dan peradaban, karena pada masa ini beberapa penemuan baru berupa penguasaan sumber-sumber alam bertambah cepat. Penghidupan mengumpulkan makanan (food gathering) berubah menjadi menghasilkan makanan (food producing).
Description: bercocok tanam
Perubahan ini sesungguhnya sangat besar artinya mengingat akibatnya yang sangat mendalam serta meluas kedalam perekonomian dan kebudayaan. Sisa-sisa kehidupan dari masa bercocok tanam di Bali antara lain berupa kapak batu persegi dalam berbagai ukuran, belincung dan panarah batang pohon. Dari teori Kern dan teori Von Heine-Geldern diketahui bahwa nenek moyang bangsa Austronesia, yang mulai datang di kepulauan kita kira-kira 2000 tahun S.M ialah pada zaman neolithik. Kebudayaan ini mempunyai dua cabang ialah cabang kapak persegi yang penyebarannya dari dataran Asia melalui jalan barat dan peninggalannya terutama terdapat di bagian barat Indonesia dan kapak lonjong yang penyebarannya melalui jalan timur dan peninggalan-peninggalannya merata dibagian timur negara kita. Pendukung kebudayaan neolithik (kapak persegi) adalah bangsa Austronesia dan gelombang perpindahan pertama tadi disusul dengan perpindahan pada gelombang kedua yang terjadi pada masa perunggu kira-kira 500 S.M. Perpindahan bangsa Austronesia ke Asia Tenggara khususnya dengan memakai jenis perahu cadik yang terkenal pada masa ini. Pada masa ini diduga telah tumbuh perdagangan dengan jalan tukar menukar barang (barter) yang diperlukan. Dalam hal ini sebagai alat berhubungan diperlukan adanya bahasa. Para ahli berpendapat bahwa bahasa Indonesia pada masa ini adalah Melayu Polinesia atau dikenal dengan sebagai bahasa Austronesia.
Manusia pendukung
Oleh karena alam telah bersahabat dan manusia telah mulai menetap walau pun untuk sementara , mereka telah mempunyai waktu luang yang dapat dipergunakan untuk memperbaiki  alat perkakas atau mengolah lahan sekitarnya.
Jenis manusia yang mendiami Nusantara kecuali di Sulawesi Selatan adalah Austramelanesoid tetapi berdasarkan temuan rangka mulai ban-kao (muangthai), goa cha (Malaysia) Cacang (Bali) semua menunjukkan ciri mongoloid. Sedangkan Indonesia bagian Timur (kecuali Sulawesi Selatan) menunjukkan ciri Austramenanesoid. Jadi dapat disimpulkan bahwa pada masa bercocok tanam wilayah Indonesia bagian barat didiami oleh jenis mongoloid  sedangkan bagian timur Austramelanesoid.
Kira-kira 2000-150 Bc terjadi penyebaran suku proto melayu dari India Belakang menuju pulau-pulau bagian barat seperti Sumatera,Jawa dan Kalimantan.
Kebudayaan Bocson-Hoabin
1. Kapak Genggam
Kapak genggam yang ditemukan di dalam bukit kerang tersebut dinamakan dengan pebble atau kapak Sumatera (Sumatralith) sesuai dengan lokasi penemuannya yaitu di pulau Sumatera.Untuk dapat mengetahui bentuk dari kapak Sumatera silahkan Anda amati gambar 5 berikut ini.Setelah Anda mengamati gambar 5 coba Anda bandingkan pebble dengan chopper maupun dengan flakes! Bagaimana menurut pendapat Anda?Bentuk pebble seperti yang Anda lihat pada gambar 5 dapat dikatakan sudah agak sempurna dan buatannya agak halus. Bahan untuk membuat kapak tersebut berasal dari batu kali yang dipecah-pecah.
2. Kapak Dari Tulang dan Tanduk
Di sekitar daerah Nganding dan Sidorejo dekat Ngawi, Madiun (Jawa Timur) ditemukan kapak genggam dan alat-alat dari tulang dan tanduk. Alat-alat dari tulang tersebut bentuknya ada yang seperti belati dan ujung tombak yang bergerigi pada sisinya. Adapun fungsi dari alat-alat tersebut adalah untuk mengorek ubi dan keladi dari dalam tanah, serta menangkap ikan. Untuk lebih jelasnya tentang alat-alat ini maka amati gambar 3 berikut ini.
3. Flakes
Flakes berupa alat alat kecil terbuat dari batu yang disebut dengan flakes atau alat serpih. Flakes selain terbuat dari batu biasa juga ada yang dibuat dari batu-batu indah berwarna seperti calsedon. Untuk mengetahui bentuk flakes maka amatilah gambar 4 berikut ini.Flakes mempunyai fungsi sebagai alat untuk menguliti hewan buruannya, mengiris daging atau memotong umbi-umbian. Jadi fungsinya seperti pisau pada masa sekarang. Selain ditemukan di Sangiran flakes ditemukan di daerah-daerah lain seperti Pacitan, Gombong, Parigi, Jampang Kulon, Ngandong (Jawa), Lahat (Sumatera), Batturing (Sumbawa), Cabbenge (Sulawesi), Wangka, Soa, Mangeruda (Flores).
Dengan pola bertani dan beternak dengan hanya beberapa orang saja telah mampu menghasilkan makanan cukup banyak, sehingga yang lainnya dapat menggunakan lebih banyak waktu untuk mengerjakan tugas-tugas lainnya seperti mengasah alat-alat dari batu, membuat gerabah dan lain-lain (William A.Haviland,1988:273)
Alat-alat batu sudah terbuat dari batu keras, diasah dan diubah berupa kapak persegi, beliung dan ujung tombak seperti yang ditemukan hampir di seluruh kepulauan Indonesia. Di samping itu beberapa daerah juga telah ditemukan alat pemukul kulit kayu dari batu. Hal ini menunjukkan bahwa manusia telah mnggunakan busana dari kuliit kayu.
Di samping itu juga ditemukan kapak lonjong di Indonesia bagian timur. Pembuatan alat-alat gerabah juga telah meluas di kalangan masyarakat tapi masih dikerjakan secara sederhana karena tampaknya belum menggunakan alat pemutar. Jadi baik bagian luar maupun bagian dalam masih dikerjakan dengan telapak tangan.
Berbagai bentuk alat gerabah serta lukisan pada dindingnya ditemukanndi Kalumpang, Minanga Sepaka (Sulawesi Tengah), Timor-Timur, Manado dan Bandung. Adanya lukisan-lukisan pada gerabah tersebut menunjukkan seni lukis pada masa itu seperti lukisan garis-garis lurus yang sejajar dan lingkaran, belah ketupat, segi tiga tumpul,garis-garis miring, tali berganda dan sisir.
Selanjutnya gerabah yang terdapat di Sumatera Utara terdapat lukisan kulit kerang, anyaman bambu dan tali berganda. Pada gerabah Jogja dan Pacitan terdapat bekas tekstil yang ditempelkan. Hal ini membuktikan bahwa manusianya telah menggunakan busana tekstil.
Lain halnya dengan gerabah yang ditemukan di pulau Sumba merupakan tempat kubur yang berisi tulang belulang manusia. Rupanya pada masa itu telah terdapat dua macam penguburan mayat:
1.      Penguburan langsung, dimana mayat telah diberi hematit langsung di kubur dalam tanah
2.      Penguburan tidak langsung, yaitu mayat terlebih dahulu di kubur dalam tanah. Kemudian setelah dagingnya hancur lalu dibongkar kembali, tulang belulangnya dibersihkan, diberi hematit, kemudian dimasukkan ke dalam tempayan gerabah beserta alat perkakas simati, lalu dikuburkan kembali ke dalam tanah.
Pada masa bercocok tanam ini juga dikenal tradisi mendirikan bangunan yang terdiri dari batu-batu besar (megalit). Fungsinya adalah sebagai wadah untuk pemujaan roh para leluhur. Oleh karena itu pertama kali munculnya disebut tradisi megalit tua.
Mata pencaharian pada masa ini adalah bercocok tanam dan beternak. Periode ini merupakan perkembangan dari masa sebelumnya yaitu berburu dan mengumpulkan makanan. Hewan buruan yang masih kecil tidak langsung dimakan tetapi dibawa pulang untuk dipelihara sehingga menjadi besar, begitu juga biji-biji tumbuhan yang dimakan dibawa pulang dan diletakkan disekitar tempat tinggal lalu berbuah, sehingga mereka tidak perlu lagi berburu dan meramu di tengah hutan. Dalam masa ini pula mereka harus menetap untuk memelihara hewan dan tanaman mereka.
Sejak masa berburu dan mengumpulkan makanan, orang mempunyai anggapan bahwa hidup tidak terhenti setelah seseorang mati. Orang yang mati dianggap pergi ke suatu tempat lain. Keadaan tempat tersebut dianggap lebih baik dari pada dunia ini. Selain itu orang percaya bahwa orang di dunia masih dapat dihubungi oleh mereka yang telah berada di dunia lain.
Penghormatan dan pemujaan terhadap roh nenek moyang atau roh seseorang yang telah meningggal, adalah suatu kepercayaan yang terdapat di seluruh dunia. Di berbagai tempat ditemukan tempat-tempat yang dianggap keramat di mana terdapat batu-batu besar yang telah disusun pada zaman prasejarah. Susunan batu-batu besar itu terdapat dalam beberapa bentuk, dan disebut bangunan megalit.
Bangunan-bangunan megalit tidak dibangun sembarangan. Tempat untuk mendirikannya dipilih dan pembangunnya tentu memerlukan pengarahan tenaga yang cukup banyak. Dari bangunan megalit itu, Nampak jelas bahwa masyarakat zaman prasejarah adalah masyarakat di mana kepercayaan memegang peranan yang sngat penting.
Di Indonesia para ahli telah meneliti berbegai bangunan megalit dan kuburan prasejarah. Ternyata bahwa di Indonesia pernah terdapat berbagai adat penguburan.
Disamping kepercayaan terhadap roh (animisme) juga terdapat kepercayaan terhadap adanya kekuatan-kekuatan gaib pada benda-benda aneh seperti taring harimau,kuku elang, dan sebagainya. Dan juga ada mantra-mantra yang dapat digunakan untuk mengusir roh-roh jahat dari dalam tubuh manusia.[ps]








DAFTAR PUSTAKA

BERBAGI KLIPING 1 : Kliping Tentang Wayang

 Hai ! Salam kenal nama aku Devi . Disini aku mau bagiin beberapa kliping yang sering menjadi tugas kalian nihh. Salah satunya Kliping Tentang Wayang. Kalian boleh copy paste buat di print kok. Langsung aja yaa !!
Jangan lupa comment nya yaa . Mkasiiih :)

KATA PENGANTAR
    Puji syukur penyusun panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas limpahan rahmat,karunia dan hidayahNya sehingga penyusun dapat menyelesaikan penyusunan kliping cerita pewayangan.Penyusunan kliping ini disusun untuk memenuhi tugas mata pelajaran Bahasa Jawa kelas VIIIC  SMP N 2 Patuk,Putat,Patuk,Gunungkidul.
    Penyusun berharap semoga kliping cerita pewayangan ini bermanfaat bagi penyusun juga teman- teman untuk menambah wawasan tentang berbagai cerita wayang di Indonesia.Setelah  kita membaca berbagai cerita dalam kliping ini kita bisa belajar untuk menjaga kelestarian budaya-budaya di Indonesia khususnya budaya Jawa.
Penyusun menyadari bahwa kliping ini masih belum sempurna.Oleh karena itu kritik dan saran yang bersifat membangun penyusun harapkan demi perbaikan kliping ini.

                                Patuk,18 November 2012
                                         Penyusun   














RADEN GATOTKACA

Raden Gatotkaca
Raden Gatotkaca adalah putera Raden Wrekudara yang kedua. Ibunya seorang putri raksasa bernama Dewi Arimbi di Pringgandani. Waktu dilahirkan Gatotkaca berupa raksasa, karena sangat saktinya tidak ada senjata yang dapat memotong tali pusatnya. Kemudian tali pusat itu dapat juga dipotong dengan senjata Karna yang bernama Kunta, tetapi sarung senjata itu masuk ke dalam perut Gatotkaca, dan menambah lagi kesaktiannya.
Dengan kehendak dewa-dewa, bayi Gatotkaca itu dimasak seperti bubur dan diisi dengan segala kesaktian; karena. itu Raden Gatotkaca berurat kawat, bertulang besi, berdarah gala-gala, dapat terbang di awan dan duduk di atas awan yang melintang. Kecepatan Gatotkaca pada waktu terbang di awan bagai kilat dan liar bagai halilintar. Kesaktiannya dalam perang, dapat mencabut leher. musuhnya dengan digunakan pada saat yang penting. Gatotkaca diangkat jadi raja di Pringgadani dan ia disebut kesatria di Pringgadani, karena pemerintahan negara dikuasai oleh keturunan dari pihak perempuan. Dalam perang Baratayudha Gatotkaca tewas oleh senjata Kunta yang ditujukan kepada Gatotkaca. Ketika Gatotkaca bersembunyi dalam awan. Gatotkaca jatuh dari angkasa dan mengenai kereta kendaraan Karna hingga hancur lebur. Gatotkaca beristerikan saudara misan, bernama Dewi Pregiwa, puteri Raden Arjuna.

Dalam riwayat, Gatotkaca mati masih sangat muda, hingga sangat disesali oleh sekalian keluarganya.
Menurut kata dalang waktu Raden Gatotkaca akan mengawan, diucapkan seperti berikut :
Tersebutlah, pakaian Raden Gatotkaca yang juga disebut kesatria di Pringgadani: Berjamang mas bersinar-sinar tiga susun, bersunting mas berbentuk bunga kenanga dikarangkan berupa surengpati. (Surengpati berarti berani pada ajalnya. Sunting serupa ini juga dipakai untuk seorang murid waktu menerima ilmu dari gurunya bagi ilmu kematian, untuk lambang bah.wa orang yang menerima ilmu itu takkan takut pada kematiannya). Bergelung (sanggul) bentuk supit urang tersangga oleh praba, berkancing sanggul mas tua bentuk garuda membelakang dan bertali ulur-ulur bentuk naga terukir, berpontoh nagaraja, bergelang kana (gelang empat segi). Berkain (kampuh) sutera jingga, dibatik dengan lukisan seisi hutan, berikat-pinggang cindai hijau, becelana cindai biru, berkeroncong suasa bentuk nagaraja, uncal diberi emas anting.

Diceritakan, Raden Gatotkaca waktu akan berjalan ia berterumpah Padakacarma, yang membuatnya dapat terbang tanpa sayap. Bersongkok Basunanda, walaupun pada waktu panas terik takkan kena panas, bila hujan tak kena air hujan. Diceritakan Raden Gatotkaca menyingsingkan kain bertaliwanda, ialah kain itu dibelitkan pada badan bagian belakang Raden Gatotkaca segera menepuk bahu dan menolakkan kakinya kebumi, terasa bumi itu mengeram di bawah kakinya. Mengawanlah ia keangkasa.
Wayang itu diujudkan sebagai terbang, ialah dijalan kain, dari kanan ke kiri, dibagian kelir atas beberapa kali lalu dicacakkan, ibarat berhenti di atas awan, dan dalang bercerita pula, Tersebutlah Raden Gatotkaca telah mengawan, setiba di angkasa terasa sebagai menginjak daratan, menyelam di awan biru, mengisah awan di hadapannya dan tertutuplah oleh awan di belakangnya, samar samar tertampak ia di pandangan orang. Sinar pakaian Gatotkaca yang kena sinar matahari sebagai kilat memburunya. Maka berhentilah kesatria Pringgadani di awan melintang, menghadap pada awan yang lain dengan melihat ke kanan dan ke kiri. Setelah hening pemandangan Gatotkaca, turunlah ia dari angkasa menuju ke bumi,
Adipati Karna waktu perang Baratayudha berperang tanding melawan Gatotkaca. Karna melepaskan senjata kunta Wijayadanu, kenalah Gatotkaca dengan senjata itu pada pusatnya. Setelah Gatotkaca kena panah itu jatuhlah Gatotkaca dari angkasa,, menjatuhi kereta kendaraan Karna, hingga hancur lebur kereta itu.
Tersebut dalam cerita, Raden Gatotkaca seorang kesatria yang tak pernah bersolek, hanya berpakaian bersahaja, jauh dari pada wanita. Tetapi setelah Gatotkaca melihat puteri Raden Arjuna, Dewi Pregiwa, waktu diiring oleh Raden Angkawijaya, Raden Gatotkaca jatuh hati lantaran melihat puteri itu berhias serba bersahaja. Berubah tingkah Raden. Gatotkaca ini diketahui oleh ibunya (Dewi Arimbi) dengan sukacita dan menuruti segala permintaan Raden Gatotkaca. Kemudian puteri ini diperisteri Raden Gatotkaca.








SADEWA


Resminya, Nakula atau Pinten adalah putra dari Prabu Pandu dan Dewi Madrim. Namun karena Prabu Pandu tak dapat behubungan tubuh dengan istrinya, maka Dewi Madri yang telah diajari ilmu Adityaredhaya oleh Dewi Kunti memanggil dewa tabib kayangan yang juga dikenal sebagai dewa kembar. Batara Aswan-Aswin. Nakula adalah putra dar Batara Aswan sedang Sadewa adalah putra dari Batara Aswin.

Raden Nakula memiliki perwatakan jujur, setia, taat pada orang tua dan tahu membalas budi serta dapat menjaga rahasia.

Setelah 12 tahun menjadi buangan di hutan, Nakula beserta saudara-saudaranya menyamar di negri Wirata. Di sana Nakula menjadi seorang pelatih kuda kerajaan bernama Darmagrantika.

Aji-aji yang dimiliki oleh Nakula adalah Aji Pranawajati yang berhasiat tak dapat lupa akan hal apapun. Aji ini ia dapat dari Ditya Sapujagad, seorang perwira Kerajaan Mertani di bawah kekuasaan Prabu Yudistira yang menyatu dalam tubuhnya. Nakula pun mendapat wilayah yang dulu diperintah oleh Sapujagad yaitu Sawojajar. Nakula juga memiliki cupu yang berisi Banyu Panguripan dari Batara Indra, cupu berisi Tirta Manik yang merupakan air kehidupan dari mertuannya Begawan Badawanganala.

Raden Nakula menikah dengan Dewi Retna Suyati, putri dari Prabu Kridakerata dari Awu-Awu Langit dan berputra Bambang Pramusinta dan Dewi Pramuwati. Ia juga menikah dengan Dewi Srengganawati, putri Dari Begawan Badawanganala dari Gisik Samudra berputri Dewi Sritanjung. Saat perang Baratayuda berlangsung, Nakula dan Sadewa diutus Prabu Kresna untuk menemui Prabu Salya dengan membawa patrem (semacam pisau kecil) dan minta dibunuh karena tidak tahan melihat saudara-saudaranya mati karena tak ada satupun manusia yang sanggup menandingi Aji Candabirawa Prabu Salya. Prabu Salya yang terharu lalu memberikan rahasia kelemahannya kepada si kembar bahwa yang sanggup membunuhnya adalah Puntadewa yang berdarah putih.

Setelah Baratayuda selesai, Nakula diangkat menjadi raja di Mandrapati menggantikan Prabu Salya karena semua putranya tewas dalam perang Baratayuda. Diceritakan bahwa Nakula mati moksa bersama empat saudaranya dan Dewi Drupadi.

Wikipedia
Nakula (Sansekerta Nakula), adalah seorang tokoh protagonis dari wiracarita Mahabharata. Ia merupakan putera Dewi Madri, kakak ipar Dewi Kunti. Ia adalah saudara kembar Sadewa dan dianggap putera Dewa Aswin, Dewa tabib kembar.

Menurut kitab Mahabharata, Nakula sangat tampan dan sangat elok parasnya. Menurut Dropadi, Nakula merupakan suami yang paling tampan di dunia. Namun, sifat buruk Nakula adalah membanggakan ketampanan yang dimilikinya. Hal itu diungkapkan oleh Yudistira dalam kitab Prasthanikaparwa.
Secara harfiah, kata nakula dalam bahasa Sansekerta merujuk kepada warna Ichneumon, sejenis tikus atau binatang pengerat dari Mesir. Nakula juga dapat berarti “cerpelai”, atau dapat juga berarti “tikus benggala”. Nakula juga merupakan nama lain dari Dewa Siwa.

Menurut Mahabharata, si kembar Nakula dan Sadewa memiliki kemampuan istimewa dalam merawat kuda dan sapi. Nakula digambarkan sebagai orang yang sangat menghibur hati. Ia juga teliti dalam menjalankan tugasnya dan selalu mengawasi kenakalan kakaknya, Bima, dan bahkan terhadap senda gurau yang terasa serius. Nakula juga memiliki kemahiran dalam memainkan senjata pedang.

Saat para Pandawa mengalami pengasingan di dalam hutan, keempat Pandawa (Bima, Arjuna, Nakula, Sadewa) meninggal karena meminum air beracun dari sebuah danau. Ketika sesosok roh gaib memberi kesempatan kepada Yudistira untuk memilih salah satu dari keempat saudaranya untuk dihidupkan kembali, Nakula-lah dipilih oleh Yudistira untuk hidup kembali. Ini karena Nakula merupakan putera Madri, dan Yudistira, yang merupakan putera Kunti, ingin bersikap adil terhadap kedua ibu tersebut. Apabila ia memilih Bima atau Arjuna, maka tidak ada lagi putera Madri yang akan melanjutkan keturunan.
Ketika para Pandawa harus menjalani masa penyamaran di Kerajaan Wirata, Nakula menyamar sebagai perawat kuda dengan nama samaran “Grantika”. Nakula turut serta dalam pertempuran akbar di Kurukshetra, dan memenangkan perang besar tersebut.
 Dalam kitab Prasthanikaparwa, yaitu kitab ketujuh belas dari seri Astadasaparwa Mahabharata, diceritakan bahwa Nakula tewas dalam perjalanan ketika para Pandawa hendak mencapai puncak gunung Himalaya. Sebelumnya, Dropadi tewas dan disusul oleh saudara kembar Nakula yang bernama Sadewa. Ketika Nakula terjerembab ke tanah, Bima bertanya kepada Yudistira, “Kakakku, adik kita ini sangat rajin dan penurut. Ia juga sangat tampan dan tidak ada yang menandinginya. Mengapa ia meninggal sampai di sini?”. Yudistira yang bijaksana menjawab, “Memang benar bahwa ia sangat rajin dan senang menjalankan perintah kita. Namun ketahuilah, bahwa Nakula sangat membanggakan ketampanan yang dimilikinya, dan tidak mau mengalah. Karena sikapnya tersebut, ia hanya hidup sampai di sini”. Setelah mendengar penjelasan Yudistira, maka Bima dan Arjuna melanjutkan perjalanan mereka. Mereka meninggalkan jenazah Nakula di sana, tanpa upacara pembakaran yang layak, namun arwah Nakula mencapai kedamaian.


Nakula dalam pewayangan Jawa
Nakula dalam pedalangan Jawa disebut pula dengan nama Pinten (nama tumbuh-tumbuhan yang daunnya dapat dipergunakan sebagai obat). Ia merupakan putera keempat Prabu Pandudewanata, raja negara Hastinapura dengan permaisuri Dewi Madri, puteri Prabu Mandrapati dengan Dewi Tejawati, dari negara Mandaraka. Ia lahir kembar bersama adiknya, Sahadewa atau Sadewa. Nakula juga menpunyai tiga saudara satu ayah, putra Prabu Pandu dengan Dewi Kunti, dari negara Mandura bernama Puntadewa (Yudistira), Bima alias Werkudara dan Arjuna

Nakula adalah titisan Batara Aswin, Dewa tabib. Ia mahir menunggang kuda dan pandai mempergunakan senjata panah dan lembing. Nakula tidak akan dapat lupa tentang segala hal yang diketahui karena ia mepunyai Aji Pranawajati pemberian Ditya Sapujagad, Senapati negara Mretani. Ia juga mempunyai cupu berisi “Banyu Panguripan” atau “Air kehidupan” pemberian Bhatara Indra.

Nakula mempunyai watak jujur, setia, taat, belas kasih, tahu membalas guna dan dapat menyimpan rahasia. Ia tinggal di kesatrian Sawojajar, wilayah negara Amarta. Nakula mempunyai dua orang isteri yaitu:
* Dewi Sayati puteri Prabu Kridakirata, raja negara Awuawulangit, dan memperoleh dua orang putera masing-masing bernama Bambang Pramusinta dan Dewi Pramuwati.

* Dewi Srengganawati, puteri Resi Badawanganala, kura-kura raksasa yang tinggal di sungai Wailu (menurut Purwacarita, Badawanangala dikenal sebagai raja negara Gisiksamodra alias Ekapratala) dan memperoleh seorang putri bernama Dewi Sritanjung. Dari perkawinan itu Nakula mendapat anugrah cupu pusaka berisi air kehidupan bernama Tirtamanik.

Setelah selesai perang Bharatayuddha, Nakula diangkat menjadi raja negara Mandaraka sesuai amanat Prabu Salya kakak ibunya, Dewi Madrim. Akhir riwayatnya diceritakan, Nakula mati moksa di gunung Himalaya bersama keempat saudaranya.








WERKUDARA


 Nama-nama lain :
Bratasena
Balawa
Birawa
Dandungwacana
Nagata
Kusumayuda
Kowara
Bima
Pandusiwi
Bayusuta
Sena
Wijasena
Jagal Abilawa
Raden Werkudara atau Bima merupakan putra kedua dari Dewi Kunti dan Prabu Pandudewanata. Tetapi ia sesungguhnya adalah putra Batara Bayu dan Dewi Kunti sebab Prabu Pandu tidak dapat menghasilkan keturunan. Ini merupakan kutukan dari Begawan Kimindama. Namun akibat Aji Adityaredhaya yang dimiliki oleh Dewi Kunti, pasangan tersebut dapat memilikiketurunan.

Pada saat lahirnya, Werkudara berwujud bungkus. Tubuhnya diselubungi oleh selaput tipis yang tidak dapat disobek oleh senjata apapun. Hal ini membuat pasangan Dewi Kunthi dan Pandu sangat sedih. Atas anjuran dari Begawan Abiyasa, Pandu kemudian membuang bayi bungkus tersebut di hutan Mandalasara. Selama delapan tahun bungkus tersebut tidak pecah-pecah dan mulai berguling kesana kemari sehingga hutan yang tadinya rimbun menjadi rata dengan tanah. Hal ini membuat penghuni hutan kalang kabut. Selain itu para jin penghuni hutan pun mulai terganggu, sehingga Batari Durga, ratu dari semua makhluk halus, melapor pada Batara Guru, raja dari semua dewa. Lalu, raja para dewa itu memerintahkan Batara Bayu, Batari Durga, dan Gajah Sena, anak dari Erawata, gajah tunggangan Batara Indra, serta diiringi oleh Batara Narada untuk turun dan memecahkan bungkus bayi tersebut.

Sebelum dipecahkan, Batari Durga masuk kedalam bungkus dan memberi sang bayi pakaian yang berupa, Kain Poleng Bang Bintulu (dalam kehidupan nyata, banyak ditemui di pulau Bali sebagai busana patung-patung yang danggap sakral (kain poleng= kain kotak-kotak berwarna hitam dan putih), Gelang Candrakirana, Kalung Nagabanda, Pupuk Jarot Asem dan Sumping (semacam hiasan kepala) Surengpati. Setelah berbusana lengkap, Batari Durga keluar dari tubuh Bima, kemudian giliran tugas Gajah Sena memecahkan bungkus dari bayi tersebut. Oleh Gajah Sena kemudian bayi tersebut di tabrak, di tusuk dengan gadingnya dan diinjak-injak., anehnya bukannya mati tetapi bayi tersebut kemudian malah melawan, setelah keluar dari bungkusnya. Sekali tendang, Gajah Sena langsung mati dan lalu menunggal dalam tubuh si bayi. Lalu bungkus dari Werkudara tersebut di hembuskan oleh Batara Bayu sampai ke pangkuan Begawan Sapwani, yang kemudian dipuja oleh pertapa tersebut menjadi bayi gagah perkasa yang serupa Bima. Bayi tersebut kemudian diberi nama Jayadrata atau Tirtanata. Nama-nama lain bagi Bima adalah Bratasena (nama yang di gunakan sewaktu masih muda), Werkudara yang berarti perut srigala, Bima, Gandawastratmaja, Dwijasena, Arya Sena karena di dalam tubuhnya menunggal tubuh Gajah Sena, Wijasena, Dandun Wacana, di dalam tubuhnya menunggal raja Jodipati yang juga adik dari Prabu Yudistira, Jayadilaga, Jayalaga, Kusumayuda, Kusumadilaga yang artinya selalu menang dalam pertempuran, Arya Brata karena ia tahan menderita, Wayunendra, Wayu Ananda, Bayuputra, Bayutanaya, Bayusuta, Bayusiwi karena ia adalah putra batara Bayu, Bilawa, nama samaran saat menjadi jagal di Wiratha, Bondan Peksajandu yang artinya kebal akan segala racun, dan Bungkus yang merupakan panggilan kesayangan Prabu Kresna.

Karena Bima adalah putra Batara Bayu, maka ia memiliki kesaktian untuk menguasai angin. Werkudara memiliki saudara Tunggal Bayu yaitu, Anoman, Gunung Maenaka, Garuda Mahambira, Ular Naga Kuwara,Liman/ Gajah Setubanda, Kapiwara, Yaksendra Yayahwreka, dan Pulasiya yang menunggal dalam tubuh Anoman sesaat sebelum perang Alengka terjadi (zaman Ramayana).
Werkudara yang bertubuh besar ini memiliki perwatakan berani, tegas, berpendirian kuat, teguh iman. Selama hidupnya Werkudara tidak pernah berbicara halus kepada siapapun termasuk kepada orang tua, dewa, dan gurunya, kecuali kepada Dewa Ruci, dewanya yang sejati, ia berbicara halus dan mau menyembah.
Selama hidupnya Werkudara berguru pada Resi Drona untuk olah batin dan keprajuritan, Begawan Krepa, dan Prabu Baladewa untuk ketangkasan menggunakan gada. Dalam berguru Werkudara selalu menjadi saingan utama bagi saudara sepupunya yang juga sulung dari Kurawa yaitu Duryudana.
Para Kurawa selalu ingin menyingkirkan Pandawa karena menurut mereka Pandawa hanya menjadi batu sandungan bagi mereka untuk mengusasai kerajaan Astina. Kurawa menganggap kekuatan Pandawa terletak pada Werkudara karena memang ia adalah yang terkuat diantara kelima Pandawa, sehingga suatu hari atas akal licik Patih Sengkuni yang mendalangi para Kurawa merencanakan untuk meracun Werkudara. Kala itu saat Bima sedang bermain, dpanggilnya ia oleh Duryudana dan diajak minum sampai mabuk dimana minuman itu di beri racun. Setelah Werkudara jatuh tak sadarkan diri, ia di gotong oleh para kurawa dan dimasukkan kedalam Sumur Jalatunda dimana terdapat ribuan ular berbisa di sana. Kala itu, datanglah Sang Hyang Nagaraja, penguasa Sumur Jalatunda membantu Werkudara, lalu olehnya Werkudara diberi kesaktian agar kebal akan bisa apapun dan mendapat nama baru dari San Hyang Nagaraja yaitu Bondan Peksajandu.

Akal para Kurawa untuk menyingkirkan Pandawa belum habis, mereka lalu menantang Yudistira untuk melakukan timbang yang menang akan mendapatkan Astina seutuhnya. Jelas saja Pandawa akan kalah karena seratus satu orang melawan lima, namun Werkudara memiliki akal, ia meminta kakaknya menyisakan sedikit tempat buat dirinya. Werkudara lalu mundur beberapa langkah, lalu meloncat dan menginjak tempat yang disisakan kakaknya, sesaat itu pulalah, para Kurawa yang duduk paling ujung menjadi terpental jauh. Para Kurawa yang terpental sampai ke negri-negri sebrang itu yang kemudian dalam Baratayuda dinamai “Ratu Sewu Negara.” Diantaranya adalah Prabu Bogadenta dari kerajaan Turilaya, Prabu Gardapati dari kerajaan Bukasapta, Prabu Gardapura yang menjadi pendamping Prabu Gardapati sebagai Prabu Anom, Prabu Widandini dari kerajaan Purantura, dan Kartamarma dari kerajaan Banyutinalang. Cerita ini dikemas dalam satu lakon yang dinamai Pandawa Timbang.

Belum puas dengan usaha-usaha mereka, Kurawa kembali ingin mencelakakan Pandawa lewat siasat licik Sengkuni. Kali ini Para Pandawa diundang untuk datang dalam acara penyerahan kekuasaan Amarta dan di beri suatu pesanggrahan yang terbuat dari kayu yang bernama Bale Sigala-gala. Acara penyerahan tersebut diulur-ulur hingga larut malam dan para Pandawa kembali di buat mabuk. Setelah para Pandawa tertidur, hanya Bima yang masih terbangun karena Bima menolak untuk ikut minum- minuman keras. Pada tengah malam, Para Kurawa yang mengira Pandawa telah tidur mulai membakar pesanggrahan. Sebelumnya Arjuna memperbolehkan enam orang pengemis untuk tidur dan makan di dalam pesanggrahan karena merasa kasihan. Saat kebakaran terjadi Bima langsung menggendong ibu, kakak, dan adik-adiknya kedalam terowongan yang telah dibuat oleh Yamawidura, yang mengetahui akal licik Kurawa. Mereka lalu dibimbing oleh garangan putih yang merupakan jelmaan dari Sang Hyang Antaboga. Sampai di kayangan Sapta Pratala. Di sini Werkudara kemudian berkenalan dan menikah dengan putri Sang Hyang Antaboga yang beranama Dewi Nagagini. Dari perkawinan itu mereka memiliki sorang putra yang kelak menjadi sangat sakti dan ahli perang dalam tanah yang dinamai Antareja. Setelah para Pandawa meninggalkan kayangan Sapta Pratala, mereka memasuki hutan. Di tengah Hutan para Pandawa bertemu dengan Prabu Arimba yang merupakan putra dari Prabu Tremboko yang pernah dibunuh Prabu Pandu atas hasutan Sengkuni. Mengetahui asal usul para Pandawa, Prabu Arimba kemudian ingin membunuh mereka, tetapi dapat dihalau dan akhirnya tewas di tangan Werkudara. Namun Adik dari Prabu Arimba bukannya benci tetapi malah menaruh hati pada Werkudara. Sebelum mati Prabu Arimba menitipkan adiknya Dewi Arimbi kepada Werkudara. Karena Arimbi adalah seorang rakseksi, maka Werkudara menolak cintanya. Lalu Dewi Kunti yang melihat ketulusan cinta dari Dewi Arimbi bersabda, “ Duh ayune, bocah iki…” (Duh cantiknya, anak ini..!) Tiba-tiba, Dewi Arimbi yang buruk rupa itu menjadi cantik dan lalu diperistri oleh Werkudara. Pasangan ini akhirnya memiliki seorang putra yang ahli perang di udara yang dinamai Gatotkaca. Gatotkaca lalu juga diangkat sebagai raja di Pringgandani sebagai pengganti pamannya, Prabu Arimba.

Pada saat berada di hutan setelah kejadian Bale Sigala-gala, ibunya meminta Werkudara dan Arjuna untuk mencari dua bungkus nasi untuk Nakula dan Sadewa yang kelaparan. Werkudara datang kesebuah negri bernama Kerajaan Manahilan dan di sana ia menjumpai Resi Hijrapa dan istrinya yang menangis. Saat ditanyai penyebabnya, mereka menjawab bahwa putra mereka satu satunya mendapat giliran untuk dimakan oleh raja di negri tersebut. Raja dari negri tersebut yang bernama Prabu Baka atau Prabu Dawaka memang gemar memangsa manusia. Tanpa pikir panjang, Werkudara langsung menawarkan diri sebagai ganti putra pertapa tersebut. Saat dimakan oleh Prabu Baka, bukannya badan dari Werkudara yang sobek tetapi gigi dari Prabu Baka yang putus. Hal ini menyebabkan murkanya Prabu Baka. Tetapi dalam perkelahian melawan Werkudara, Prabu Baka tewas dan seluruh rakyat bersuka ria karena raja mereka yang gemar memangsa manusia telah meninggal. Oleh rakyat negri tersebut Werkudara akan dijadikan raja, namun Werkudara menolak. Saat ditanyai apa imbalan yang ingin diperoleh, Werkudara menjawab ia hanya ingin dua bungkus nasi. Lalu setelah mendapat nasi tersebut Werkudara kembali ke hutan dan kelak keluarga pertapa itu bersedia menjadi tumbal demi kejayaan Pandawa di Baratayuda Jayabinangun. Sementara Arjuna juga berhasil mendapatkan dua bungkus nasi dari belas kasihan orang. Dewi Kunti pun berkata “Arjuna, makanlah sendiri nasi tersebut!” Dewi Kunti selalu mengajarkan bahwa dalam hidup ini kita tidak boleh menerima sesuatu dari hasil iba seseorang.

Selain Gatotkaca dan Antareja, Werkudara juga mamiliki putra yang ahli perang dalam air yaitu Antasena, Putra Bima dengan Dewi Urangayu, putri dari Hyang Mintuna, dewa penguasa air tawar. Para tetua Astina merasa sedih karena mereka mengira Pandawa telah meninggal karena mereka menemukan enam mayat di pesanggrahan yang habis terbakar itu. Kurawa yang sedang bahagia kemudian sadar bahwa Pandawa masih hidup saat mereka mengikuti sayembara memperebutkan Dewi Drupadi. Para Pandawa yang diwakilkan Werkudara dapat memenangkan sayembara denagn membunuh Gandamana. Disaat yang sama hadir pula Sengkuni dan Jayajatra yang ikut sayembara mewakili Resi Drona tetapi kalah. Dari Gandamana, Werkudara memperoleh aji-aji Wungkal Bener, dan Aji-aji Bandung Bandawasa. Setelah memenangkan sayembara tersebut, Werkudara mempersembahkan Dewi Drupadi kepada kakaknya, Puntadewa.

Setelah mengetahui bahwa Pandawa masih hidup, para tetua Astina seperti Resi Bisma, Resi Drona, dan Yamawidura mendesak Prabu Destarastra untuk memberikan Pamdawa hutan Wanamarta, denagn tujuan agar Kurawa dan Pandawa tidak bersatu dan menghindarkan perang saudara. Akhirnya Destarastra menyetujuinya. Para Pandawa lalu dihadiahi hutan Wanamarta yang terkenal angker. Dan dengan usaha yang keras akhirnya mereka dapat mendirikan sebuah kerajaan yang dinamai Amarta. Werkudara pun berhasil mengalahkan adik dari raja jin, Prabu Yudistira, yang bersemayam di Jodipati yang bernama Dandun Wacana. Dadun Wacana kemudian menyatu dalam tubuh Werkudara. Lalu, Werkudara mendapat warisan Gada Lukitasari selain itu, Werkudara juga mendapat nama Dandun Wacana. Sebagai raja di Jodipati, Werkudara bergelar Prabu Jayapusaka dengan Gagak Bongkol sebagai patihnya. Werkudara juga pernah menjadi raja di Gilingwesi dengan gelar Prabu Tugu Wasesa.

 Pada saat Pandawa kalah dalam permainan judi dengan kurawa, para pandawa harus hidup sebagai buangan selama 12 tahun di hutan dan 1 tahun menyamar. Dalam penyamaran tersebut, Werkudara menyamar sebagai jagal atau juru masak istana di negri Wiratha dengan nama Jagal Abilawa. Di sana ia berjasa membunuh Kencakarupa, Rupakenca dan Rajamala yang bertujuan memberontak. Sesungguhnya ia membunuh Kencakarupa dan Rupakenca dengan alasan keduannya ingin memperkosa Salindri yang tidak lain adalah istri kakaknya, Puntadewa, Dewi Drupadi yang sedang menyamar.

Pernah Bima diminta oleh gurunya, Resi Drona, untuk mencari Tirta Prawitasari atau air kehidupan di dasar samudra. Sebenarnya Tirta Prawitasari itu tidak ada di dasar samudra tetapi ada di dasar hati tiap manusia dan perintah gurunya itu hanyalah jebakan yang di rencanakan oleh Sengkuni dengan menggunakan Resi Drona. Namun Bima menjalaninya dengan sungguh-sungguh. Ia mencari tirta Prawitasari itu sampai ke dasar samudra di Laut Selatan. Dalam perjalanannya ia bertemu dengan dua raksasa besar yang menghadang. Kedua raksasa itu bernama Rukmuka dan Rukmakala yang merupakan jelmaan dari Batara Indra dan Batara Bayu yang di sumpah oleh Batara Guru menjadi raksasa. Setelah berhasil membunuh kedua rakasasa tersebut dan setelah raksasa tersebut berubah kembali ke ujud aslinya dan kembali ke kayangan, Werkudara melanjutkan peprjalanannya. Sesampainya di samudra luas ia kembali diserang oleh seekor naga bernama Naga Nemburnawa. Dengan kuku pancanakanya, disobeknya perut ular naga tersebut. Setelah itu Werkudara hanya terdiam di atas samudra. Di sini lah ia bertemu dengan dewanya yang sejati, Dewa Ruci. Oleh Dewa Ruci, Werkudara kemudian diminta masuk kedalam lubang telinga dewa kerdil itu. Lalu Werkudara masuk dan mendapat wejangan tentang makna kehidupan. Ia juga melihat suatu daerah yang damai, aman, dan tenteram. Setelah itu Werkudara menjadi seorang pendeta bergelar Begawan Bima Suci dan mengajarkan apa yang telah ia peroleh dari Dewa Ruci.


Werkudara juga pernah berjasa dalam menumpas aksi kudeta yang akan dilakukan oleh Prabu Anom Kangsa di negri Mandura. Kangsa adalah putra dari Dewi Maerah, permaisuri Prabu Basudewa, dan Prabu Gorawangsa dari Guwabarong yang sedang menyamar sebagai Basudewa. Saat itu Kangsa hendak menyingkirkan putra-putra Basudewa yaitu Narayana (kelak menjadi Kresna), Kakrasana (kelak menjadi Baladewa, raja pengganti ayahnya) dan Dewi Lara Ireng (kelak menjadi istri Arjuna yang bernama Wara Sumbadra). Dalam lakon berjudul Kangsa Adu Jago itu, Werkudara berhasil menyingkirkan Patih Suratimantra dan Kangsa sendiri tewas oleh putra-putra Basudewa, Kakrasana dan Narayana. Sejak saat itulah hubungan kekerabatan antara Pandawa dan Kresna serta Baladewa menjadi lebih erat.
Dalam lakon Bima Kacep, Werkudara menjadi seorang pertapa untuk mendapat ilham kemenangan dalam Baratayuda. Ketika sedang bertapa datanglah Dewi Uma yang tertarik dengan kegagahan sang Werkudara. Mereka lalu berolah asmara. Namun, malang, Batara Guru, suami Dewi Uma, memergoki mereka. Oleh Batara Guru, alat kelamin Werkudara dipotong dengan menggunakan As Jaludara yang kemudian menjadi pusaka pengusir Hama bernama Angking Gobel. Dari hubungannya dengan Dewi Uma, Bima memiliki seorang putri lagi bernama Bimandari. Lakon ini sangat jarang dipentaskan. Dan beberapa dalang bahkan tidak mengetahui cerita ini.

Selain Ajian yang diwariskan oleh Gandamana, Werkudara juga memiliki Aji Blabak pangantol-antol dan Aji Ketuklindu. Dalam hal senjata, Werkudara memiliki senjata andalan yaitu Gada Rujak Polo. Selain itu Werkudara juga memiliki pusaka Bargawa yang berbantuk kapak serta Bargawastra yang berbentuk anak panah. Anak panah tersebut tak dapat habis karena setiap kali digunakan, anak panah tersebut akan kembali ke pemiliknya. Ia pernah pula bertemu dengan Anoman, saudara tunggal Bayunya. Disana mereka bertukar ilmu, dimana Werkudara mendapat Ilmu Pembagian Jaman dari Anoman dan Anoman mendapat Ilmu Sasra Jendra Hayuningrat. Sebelumnya, arwah Kumbakarna yang masih penasaran dan ingin mencapai kesempurnaan juga menyatu di paha kiri Raden Werkudara dalam cerita Wahyu Makutarama yang menjadikan ksatria panegak Pandawa tersebut bertambah kuat. Dalam perang besar Baratayuda Jayabinangun Werkudara berhasil membunuh banyak satria Kurawa, diantaranya, Raden Dursasana, anak kedua kurawa yang dihabisinya dengan kejam pada hari ke 16 Baratayuda untuk melunasi sumpah Drupadi yang hanya akan menyanggul dan mengeramas rambutnya setelah dikeramas dengan darah Dursasana setelah putri Pancala tersebut dilecehkan saat Pandawa kalah bermain dadu. Bima juga membunuh adik- adik Prabu Duryudana yang lain seperti, Gardapati di hari ke tiga Baratyuda, Kartamarma, setelah Baratayuda, dan Banyak lagi. Werkudara pun membunuh Patih Sengkuni di hari ke 17 dengan cara menyobek kulitnya dari anus sampai ke mulut untuk melunasi sumpah ibunya yang tidak akan berkemben jika tidak memakai kulit Sengkuni saat Putri Mandura tersebut dilecehkan Sengkuni pada pembagian minyak tala. Hal tersebut juga sesuai dengan kutukan Gandamana yang pernah dijebak Sengkuni demi merebut posisi mahapatih Astina bahwa Sengkuni akan mati dengan tubuh yang dikuliti.


Pada hari terakhir Baratayuda, semua perwira Astina telah gugur, tinggal saingan terbesar Werkudaralah yang tersisa yaitu raja Astina sendiri, Prabu Duryudana. Pertarungan ini diwasiti oleh Prabu Baladewa sendiri yang merupakan guru dari kedua murid dengan aturan hanya boleh memukul bagian tubuh pinggang keatas. Dalam pertarungan itu Duryudana tubuhnya telah kebal dan hanya paha kirinya yang tidak terkena minyak tala, karena ia tidak mau membuka kain penutup kemaluannya yang masih menutupi paha kirinya saat Dewi Gendari mengoleskan minyak tersebut ke tubuh Duryudana. Banyak pihak yang menyalah artikan paha ini dengan mengatakan betis kiri. Sebenarnya yang betul adalah paha karena dalam bahasa Jawa wentis adalah paha bukan betis. Duryudana yang mencoba memukul paha kiri Werkudara gagal karena di paha kiri Werkudara bersemayam arwah Kumbakarna yang mengakibatkan paha kiri Bima menjadi sangat kuat, ditempat lain Werkudara mulai kewalahan karena Duryudana kebal akan segala pukulan Gada Rujak Polonya.

Untunglah Arjuna dari kejauhan memberi isyarat dengan menepuk paha kiri nya. Werkudara yang waspada dengan isyarat adiknya itu langsung menghantamkan gadanya di paha kiri Duryudana, dalam dua kali pukul Duryudana sekarat, oleh Werkudara, Duryudana lalu dihabisi dengan menghancurkan wajahnya sehingga tak berbentuk. Baladewa yang melihat hal itu menganggap Werkudara berbuat curang dan hendak menghukumnya, namun atas penjelasan dari Prabu Kresna akan kecurangan yang dilakukan terlebih dulu oleh Duryudana dan kutukan dari Begawan Maetreya akhirnya Prabu Baladewa mau memaafkannya. Saat Begawan Maetreya datang menghadap Duryudana dan memberi nasehat tentang pemberian setengah kerajaan kepada Pandawa, Duryudana hanya duduk dan berkata, seorang pendeta seharusnya hanya berpendapat jika sang raja memintanya, sambil menepuk-nepuk paha kirinya. Bagi Begawan Maetreya hal ini dianggap sebagai penghinaan, ia lalu menyumpahi Prabu Duryudana kelak mati dengan paha sebelah kiri yang hancur.

Setelah Baratayuda usai, Para Pandawa datang menghadap Prabu Destarastra dan para tetua Astina lainnya. Ternyata Destarastra masih menyimpan dendam pada Werkudara yang mendengar bahwa banyak putranya yang tewas di tangan Werkudara terutama Dursasana yang di bunuhnya dengan kejam. Saat para Pandawa datang untuk memberi sembah sungkem pada Destarastra, diam-diam Destarastra membaca mantra Aji Lebursaketi untuk menghancurkan Werkudara, namun, Prabu Kresna yang tahu akan hal itu mendorong Werkudara kesamping sehingga yang terkena aji-aji tersebut adalah arca batu. Seketika itu pulalah arca tersebut hancur menjadi abu. Destarastra kemudian mengakui kesalahannya dan iapun mundur dari pergaulan masyarakat dan hidup sebagai pertapa di hutan bersama istrinya dan Dewi Kunti. Beberapa pakem wayang mengatakan bahwa Prabu Destarastra telah tewas sebelum pecah perang Baratayuda saat Kresna menjadi Duta Pandawa ke Astina. Saat itu ia tewas terinjak-injak putra-putranya yang berlarian karena takut akan kemarahan Prabu Kresna yang telah menjadi Brahala.

Jangan lupa comment nya lho yaa :)