Rabu, 22 Oktober 2014

BERBAGI MAKALAH KU : Tugas SEjarah Indonesia "DAri Berburu Meramu Sampai Bercocok Tanam"



Berikut akan saya bagikan salah satu dari beberapa makalah yang saya simpan . Anda bisa copy paste untuk di print . Selamat membaca :)

Jangan lupa comment di bawah !

 

TUGAS SEJARAH INDONESIA

DARI BERBURU MERAMU SAMPAI BERCOCOK TANAM

 

Description: C:\Users\user\Downloads\SMA-Negeri-1-Wonosari.jpg

 

 

PENYUSUN

Nama : Gupita Devi Kusumawati

Kelas : X IIS 1

Absen : 09

NIS : 11227

 

 

 

RUMUSAN MASALAH

                        Rumusan masalah pada masa berburu meramu dan bercocok tanam yaitu :

1.      Bagaimana keadaan masyarakat pada zaman berburu meramu serta bercocok tanam ?

2.      Dimana dan bagaimana tempat tinggal nenek moyang pada zaman tersebut ?

3.      Apa saja mata pencaharian nenek moyang pada zaman tersebut ?

4.      Bagaimana cara nenek moyang mendapatkan makanan untuk bertahan hidup pada zaman tersebut ?

5.      Apa saja jenis peralatan yang digunakan nenek moyang pada masa itu ?

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

TUJUAN PEMBELAJARAN

Tujuan dari pembelajaran materi ini yaitu :

1.      Mempelajari dan mengetahui keadaan pada zaman berburu meramu serta bercocok tanam.

2.      Mempelajari tempat tinggalnya nenek moyang pada zaman itu.

3.      Mempelajari berbagai macam mata pencaharian nenek moyang pada zaman itu.

4.      Juga mempelajari dan mengetahui cara nenek moyang mendapatkan makanan untuk bertahan hidup pada zaman tersebut.

5.      Selain itu juga untuk mengetahui serta mempelajari berbagai macam peralatan untuk berburu dan bercocok tanam.

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Berburu dan Meramu

Description: berburu dan meramuPembabagan zaman tentang manusia purba dilakukan guna mempermudah kita mempelajarainya. Konsep periodisasi dalam sejarah diperlukan agar peristiwa tersebut dapat kita pelajari secara urut dan tidak melompat-lompat (diakronis). Periodisasi digunakan utnuk memudahkan pemahaman suatu cerita sejarah agar terjadi keksinambungan. Periodisasi dalam penulisan sejarah akan mempermudah kita untuk mengetahui ciri khas atau karakteristik kehidupan manusia pada masing-masing periode, sehingga kehidupan manusia menjadi lebih mudah untuk dipahami.
Terdapat berbagai macam jenis pembagian zaman manusia purba diantara pembagian berdasarkan geologis, arkeologis dan corak kehidupan. Pembagian perkembangan manusia purba secara geologis (berasal dari kata geo=bumi, dan logos=ilmu) yakni pembagian berdasarkan terbentuknya bumi dari awal sampai saat ini melalui lapisan-lapisan bumi. Periode parsejarah lainnya berdasarkan arkeologi yakni didasarkan pada alat-alat yang dipergunakan manusia mulai dari tingkat yang paling sederhana hingga tingkat paling maju.
Pembagian zaman berdasarkan arkeologis dapat dibagi menjadi dua zaman yakni zaman batu dan zaman logam atau dikenal sebagai zaman perundagian. Zaman batu sendiri terbagi menjadi 4 zaman yakni Paleolitikum, Mesolitikum, Neolitikum dan Megalitikum. Pembeda dari berbagai zaman tersebut adalah alat batu yang ditinggalkan. Sedangkan pembagian zaman yang lain adalah berdasarkan corak kehidupan manusia purba saat itu dari yang paling sederhana yakni berburu dan meramu, masa bercocok tanam, dan masa perundagian. Pada bab ini yang akan dibahas adalah masa berburu dan meramu.
Description: kjokkenmoddingerPada masa awal kehidupan manusia purba hidup secara sederhana yakni dengan cara memanfaatkan segala sesuatu yang ada pada alam. Kehidupan manusia purba hanya sekedar berburu dan mengumpulkan makanan atau istilahnya food gathering. Manusia purba hidup dengan cara berpindah-pindah (nomaden). Setelah makanan di suatu tempat telah habis, manusia purba akan berpindah ke tempat lain yang masih terdapat makanan. Begitu seterusnya sehingga kehidupan mereka berpindah-pindah dan sangat tergantung dari alam. Perpindahan manusia purba ini dipengaruhi dua hal yakni sumber makanan dan musim.
Manusia purba pada masa ini hidup dan tinggal di sekitar sungai yang terdapat banyak makanan dikarenakan daerahnya subur. Sisa-sisa peninggalan yang membuktikan bahwa manusia purba tinggal di tepi sungai atau danau dan di goa-goa adalah dengan ditemukannya Kyokkenmodinger dan Abris sous roche. Kyokkenmodinger berasal dari bahasa Denmark (kyokken= daput, modding=sampah) berarti sampah dapur, yakni tumpukan dari kulit kerang yang membatu. Kyokkenmodinger banyak ditemukan di sepanjang pantai Sumatera Timur.
Description: abris sous rocheSedangkan abris sous roche adalah gua karang tempat manusia tinggal. Gua-gua tersebut sebenarnya berbentuk ceruk-ceruk di dalam batu karang yang cukup untuk memberi perlindungan terhadap panas dan hujan. Penelitian tentang abris sous rouche dilakukan oleh Dr. P.V Stein Callencels di Gua Lawa dekat Sampung-Ponorogo, Jawa Timur. Di gua tersebut ditemukan banyak peninggalan pra sejarah, khususnya alat-alat dari tulang (bone culture).
Pada masa ini sudah terdapat pembagian kerja antara laki-laki dengan perempuan. Laki-laki pergi untuk berburu dan perempuan melakukan pekerjaan yang lebih ringan. Manusia purba masa ini juga sudah mengenal api. Api didapatkan dengan cara membenturkan dua buah batu hingga memunculkan percikan api. Alat-alat yang digunakan dalam memenuhi kebutuhan masih sederhana berupa batu atau alat-alat yang terbuat dari tulang binatang. Cara membuatnya juga sangat sederhana dan belum diasah. Hasil peninggalan dari masa berburu dan mengumpulkan makanan, antara lain:
Kapak Genggam/ Kapak Perimbas
Description: kapak genggamKapak genggam merupakan kapak yang terbuat dari batu yang belum diasah sama sekali cara penggunanannya dengan cara digenggam. Kapak ini digunakan untuk menggemburkan tanah atau mencari umbi-umbian. Kapak genggam termasuk ke dalam kebudayaan Pacitan dengan manusia pendukungnya yakni Pithecanthropus Erectus yang fosilnya ditemukan Eugene Dubois di Ngawi selain itu juga terdapat manusia purba lain yakni Meganthropus Paeojavanicus yang ditemukan di Sangiran, Sragen. Dari penemuan beberapa manusia purba yang ada menunjukan lembah sungai Bengawan Solo merupakan tanah yang subur dan cocok sebagai tempat tingga. Kapak genggam banyak ditemukan di Pacitan (Jawa Timur), Sukabumi dan Ciamis (Jawa Barat), Parigi dan Gombong (Jawa Tengah), Bengkulu, Lahat (Sumatera Selatan), Flores dan Timor.
Kapak Penetak
Kapak Penetak dibuat dari fosil kayu. Kapak penetak memiliki bentuk dengan kapak genggam akan tetapi ukurannya lebih besar. Kapak penetak berfungsi untuk membelah kayu, bambu atau disesuaikan dengan kebutuhan manusia. Kapak jenis ini hampir ditemukan diseluruh wilayah Indonesia.
Alat Serpih
Alat serpih atau flakes merupakan batu pecahan sisa pembuatan kapak genggam yang dibentuk menjadi tajam. Alat serpih digunakan untuk menguliti binatang buruan, mengiris daging dan memotong umbi-umbian. Kegunaan alat serpih seperti fungsi pisau pada masa sekarang ini. Tempat ditemukannya alat serpih antara lain, di Punung (Pacitan Jawa Timur), Sangiran, Ngandong (lembah sungai Bengawan Solo), Lahat, Cabbenge dan Mengerunda (Flores NTT).
Alat-alat dari Tulang
Bone culture atau alat-alat dari tulang merupakan salah satu peninggalan kebudayaan Ngandong. Manusia pendukung kebudayaan Ngandong adalah Homo Soloensis dan Homo Wajakkensis. Kebudayaan Ngandong sendiri ditemukan oleh Von Koeningswald pada tahun 1941. Alat-alat dari tulang digunakan untuk penusuk hewan buruan, penggali umbi dan penombak ikan. Alat-alat dari tulang banyak ditemukan di Gunung Kendeng, Bojonegoro.

















Masa Bercocok Tanam
Masa Bercocok Tanam Indonesia Terbukti sejak zaman dahulu kala terkenal akan kebudayaannya yang luhur, mulai dari masa Berburu dan mengumpulkan makanan, masa bercocok tanam, zaman Logam atau Perunggu sampai masa sebelum masuknya pengaruh luar (India, Islam, dan Bangsa Barat). Pada kesempatan kali ini Pustaka Sekolah akan berbagi artikel sesuai dengan judul diatas yakni: Masa bercocok tanam di Indonesia.
Masa bercocok tanam atau Food Producing lahir melalui proses yang panjang dan tak mungkin dipisahkan dari usaha manusia prasejarah dalam memenuhi kebutuhan hidupnya pada masa-masa sebelumnya. Masa neolithik amat penting dalam sejarah perkembangan masyarakat dan peradaban, karena pada masa ini beberapa penemuan baru berupa penguasaan sumber-sumber alam bertambah cepat. Penghidupan mengumpulkan makanan (food gathering) berubah menjadi menghasilkan makanan (food producing).
Description: bercocok tanam
Perubahan ini sesungguhnya sangat besar artinya mengingat akibatnya yang sangat mendalam serta meluas kedalam perekonomian dan kebudayaan. Sisa-sisa kehidupan dari masa bercocok tanam di Bali antara lain berupa kapak batu persegi dalam berbagai ukuran, belincung dan panarah batang pohon. Dari teori Kern dan teori Von Heine-Geldern diketahui bahwa nenek moyang bangsa Austronesia, yang mulai datang di kepulauan kita kira-kira 2000 tahun S.M ialah pada zaman neolithik. Kebudayaan ini mempunyai dua cabang ialah cabang kapak persegi yang penyebarannya dari dataran Asia melalui jalan barat dan peninggalannya terutama terdapat di bagian barat Indonesia dan kapak lonjong yang penyebarannya melalui jalan timur dan peninggalan-peninggalannya merata dibagian timur negara kita. Pendukung kebudayaan neolithik (kapak persegi) adalah bangsa Austronesia dan gelombang perpindahan pertama tadi disusul dengan perpindahan pada gelombang kedua yang terjadi pada masa perunggu kira-kira 500 S.M. Perpindahan bangsa Austronesia ke Asia Tenggara khususnya dengan memakai jenis perahu cadik yang terkenal pada masa ini. Pada masa ini diduga telah tumbuh perdagangan dengan jalan tukar menukar barang (barter) yang diperlukan. Dalam hal ini sebagai alat berhubungan diperlukan adanya bahasa. Para ahli berpendapat bahwa bahasa Indonesia pada masa ini adalah Melayu Polinesia atau dikenal dengan sebagai bahasa Austronesia.
Manusia pendukung
Oleh karena alam telah bersahabat dan manusia telah mulai menetap walau pun untuk sementara , mereka telah mempunyai waktu luang yang dapat dipergunakan untuk memperbaiki  alat perkakas atau mengolah lahan sekitarnya.
Jenis manusia yang mendiami Nusantara kecuali di Sulawesi Selatan adalah Austramelanesoid tetapi berdasarkan temuan rangka mulai ban-kao (muangthai), goa cha (Malaysia) Cacang (Bali) semua menunjukkan ciri mongoloid. Sedangkan Indonesia bagian Timur (kecuali Sulawesi Selatan) menunjukkan ciri Austramenanesoid. Jadi dapat disimpulkan bahwa pada masa bercocok tanam wilayah Indonesia bagian barat didiami oleh jenis mongoloid  sedangkan bagian timur Austramelanesoid.
Kira-kira 2000-150 Bc terjadi penyebaran suku proto melayu dari India Belakang menuju pulau-pulau bagian barat seperti Sumatera,Jawa dan Kalimantan.
Kebudayaan Bocson-Hoabin
1. Kapak Genggam
Kapak genggam yang ditemukan di dalam bukit kerang tersebut dinamakan dengan pebble atau kapak Sumatera (Sumatralith) sesuai dengan lokasi penemuannya yaitu di pulau Sumatera.Untuk dapat mengetahui bentuk dari kapak Sumatera silahkan Anda amati gambar 5 berikut ini.Setelah Anda mengamati gambar 5 coba Anda bandingkan pebble dengan chopper maupun dengan flakes! Bagaimana menurut pendapat Anda?Bentuk pebble seperti yang Anda lihat pada gambar 5 dapat dikatakan sudah agak sempurna dan buatannya agak halus. Bahan untuk membuat kapak tersebut berasal dari batu kali yang dipecah-pecah.
2. Kapak Dari Tulang dan Tanduk
Di sekitar daerah Nganding dan Sidorejo dekat Ngawi, Madiun (Jawa Timur) ditemukan kapak genggam dan alat-alat dari tulang dan tanduk. Alat-alat dari tulang tersebut bentuknya ada yang seperti belati dan ujung tombak yang bergerigi pada sisinya. Adapun fungsi dari alat-alat tersebut adalah untuk mengorek ubi dan keladi dari dalam tanah, serta menangkap ikan. Untuk lebih jelasnya tentang alat-alat ini maka amati gambar 3 berikut ini.
3. Flakes
Flakes berupa alat alat kecil terbuat dari batu yang disebut dengan flakes atau alat serpih. Flakes selain terbuat dari batu biasa juga ada yang dibuat dari batu-batu indah berwarna seperti calsedon. Untuk mengetahui bentuk flakes maka amatilah gambar 4 berikut ini.Flakes mempunyai fungsi sebagai alat untuk menguliti hewan buruannya, mengiris daging atau memotong umbi-umbian. Jadi fungsinya seperti pisau pada masa sekarang. Selain ditemukan di Sangiran flakes ditemukan di daerah-daerah lain seperti Pacitan, Gombong, Parigi, Jampang Kulon, Ngandong (Jawa), Lahat (Sumatera), Batturing (Sumbawa), Cabbenge (Sulawesi), Wangka, Soa, Mangeruda (Flores).
Dengan pola bertani dan beternak dengan hanya beberapa orang saja telah mampu menghasilkan makanan cukup banyak, sehingga yang lainnya dapat menggunakan lebih banyak waktu untuk mengerjakan tugas-tugas lainnya seperti mengasah alat-alat dari batu, membuat gerabah dan lain-lain (William A.Haviland,1988:273)
Alat-alat batu sudah terbuat dari batu keras, diasah dan diubah berupa kapak persegi, beliung dan ujung tombak seperti yang ditemukan hampir di seluruh kepulauan Indonesia. Di samping itu beberapa daerah juga telah ditemukan alat pemukul kulit kayu dari batu. Hal ini menunjukkan bahwa manusia telah mnggunakan busana dari kuliit kayu.
Di samping itu juga ditemukan kapak lonjong di Indonesia bagian timur. Pembuatan alat-alat gerabah juga telah meluas di kalangan masyarakat tapi masih dikerjakan secara sederhana karena tampaknya belum menggunakan alat pemutar. Jadi baik bagian luar maupun bagian dalam masih dikerjakan dengan telapak tangan.
Berbagai bentuk alat gerabah serta lukisan pada dindingnya ditemukanndi Kalumpang, Minanga Sepaka (Sulawesi Tengah), Timor-Timur, Manado dan Bandung. Adanya lukisan-lukisan pada gerabah tersebut menunjukkan seni lukis pada masa itu seperti lukisan garis-garis lurus yang sejajar dan lingkaran, belah ketupat, segi tiga tumpul,garis-garis miring, tali berganda dan sisir.
Selanjutnya gerabah yang terdapat di Sumatera Utara terdapat lukisan kulit kerang, anyaman bambu dan tali berganda. Pada gerabah Jogja dan Pacitan terdapat bekas tekstil yang ditempelkan. Hal ini membuktikan bahwa manusianya telah menggunakan busana tekstil.
Lain halnya dengan gerabah yang ditemukan di pulau Sumba merupakan tempat kubur yang berisi tulang belulang manusia. Rupanya pada masa itu telah terdapat dua macam penguburan mayat:
1.      Penguburan langsung, dimana mayat telah diberi hematit langsung di kubur dalam tanah
2.      Penguburan tidak langsung, yaitu mayat terlebih dahulu di kubur dalam tanah. Kemudian setelah dagingnya hancur lalu dibongkar kembali, tulang belulangnya dibersihkan, diberi hematit, kemudian dimasukkan ke dalam tempayan gerabah beserta alat perkakas simati, lalu dikuburkan kembali ke dalam tanah.
Pada masa bercocok tanam ini juga dikenal tradisi mendirikan bangunan yang terdiri dari batu-batu besar (megalit). Fungsinya adalah sebagai wadah untuk pemujaan roh para leluhur. Oleh karena itu pertama kali munculnya disebut tradisi megalit tua.
Mata pencaharian pada masa ini adalah bercocok tanam dan beternak. Periode ini merupakan perkembangan dari masa sebelumnya yaitu berburu dan mengumpulkan makanan. Hewan buruan yang masih kecil tidak langsung dimakan tetapi dibawa pulang untuk dipelihara sehingga menjadi besar, begitu juga biji-biji tumbuhan yang dimakan dibawa pulang dan diletakkan disekitar tempat tinggal lalu berbuah, sehingga mereka tidak perlu lagi berburu dan meramu di tengah hutan. Dalam masa ini pula mereka harus menetap untuk memelihara hewan dan tanaman mereka.
Sejak masa berburu dan mengumpulkan makanan, orang mempunyai anggapan bahwa hidup tidak terhenti setelah seseorang mati. Orang yang mati dianggap pergi ke suatu tempat lain. Keadaan tempat tersebut dianggap lebih baik dari pada dunia ini. Selain itu orang percaya bahwa orang di dunia masih dapat dihubungi oleh mereka yang telah berada di dunia lain.
Penghormatan dan pemujaan terhadap roh nenek moyang atau roh seseorang yang telah meningggal, adalah suatu kepercayaan yang terdapat di seluruh dunia. Di berbagai tempat ditemukan tempat-tempat yang dianggap keramat di mana terdapat batu-batu besar yang telah disusun pada zaman prasejarah. Susunan batu-batu besar itu terdapat dalam beberapa bentuk, dan disebut bangunan megalit.
Bangunan-bangunan megalit tidak dibangun sembarangan. Tempat untuk mendirikannya dipilih dan pembangunnya tentu memerlukan pengarahan tenaga yang cukup banyak. Dari bangunan megalit itu, Nampak jelas bahwa masyarakat zaman prasejarah adalah masyarakat di mana kepercayaan memegang peranan yang sngat penting.
Di Indonesia para ahli telah meneliti berbegai bangunan megalit dan kuburan prasejarah. Ternyata bahwa di Indonesia pernah terdapat berbagai adat penguburan.
Disamping kepercayaan terhadap roh (animisme) juga terdapat kepercayaan terhadap adanya kekuatan-kekuatan gaib pada benda-benda aneh seperti taring harimau,kuku elang, dan sebagainya. Dan juga ada mantra-mantra yang dapat digunakan untuk mengusir roh-roh jahat dari dalam tubuh manusia.[ps]








DAFTAR PUSTAKA

Tidak ada komentar:

Posting Komentar